KARAKTERISTIK TANAH DI BAWAH VEGETASI ALBASIA DAN ANALISIS NILAI TAMBAH KAYU SENGON DI KECAMATAN TEGALWARU KABUPATEN KARAWANG
DOI:
https://doi.org/10.55222/agrotatanen.v1i2.173Keywords:
Ultisols, Nilai tambah, Pengolahan kayu, Jenis tanahAbstract
Kayu merupakan salah satu hasil hutan yang utama dan diperlukan oleh masyarakat guna memenuhi berbagai keperluan papan, diluar kebutuhan sandang dan pangan. Hasil pohon Albasia berupa penjualan kayu bulat semakin diminati petani, namun sedikit yang mengetahui nilai tambah untuk produk tersebut. Seiring dengan meningkatnya permintaan kayu, maka referensi mengenai karakteristik tanah di bawah vegetasi Albasia di Kecamatan Tegalwaru dapat memudahkan petani dalam praktik budidaya. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian deskriptif kuantitatif guna mengetahui karakteristik tanah, sekaligus melakukan analisis nilai tambah (metode studi kasus). Adapun karakteristik tanah diinventarisasikan berdasarkan Peta Jenis Tanah Indonesia skala 1:250.000. Sedangkan pada studi kasus nilai tambah, sampel dikategorikan dalam dua kelompok usaha berdasarkan penggunaan jumlah kapasitas mesin yang digunakan (total 11 responden). Tanah di bawah vegetasi Albasia pada Kecamatan Tegalwaru merupakan jenis tanah Ultisol, dengan karakteristik fisik berwarna merah, kemiringan ±12 %; penciri kimia seperti C-organik 2,2 %; pH (H2O) 5,43; KTK 28,3 c mol/kg; dan kandungan N-total 0,1 %. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kayu menjadi kayu olahan pada Industri Penggergajian Kayu (IPK) skala usaha kecil sebesar Rp. 108.730,30/m3 bahan baku, dengan rasio nilai tambah sebesar 19,56 %. Sedangkan nilai tambah pada IPK skala usaha besar adalah Rp. 119.897,60/m3 bahan baku, dengan rasio nilai tambah 16,30 %.